Telur Burung Perkutut Tidak Menetas dan Solusinya
Telur Burung Perkutut Tidak Menetas dan Solusinya - Bagi peternak burung perkutut, telur dari perkutut merupakan salah satu modal utama dalam usahanya. Karena dari telur itulah, peternak bisa memperoleh anakan perkutut, yang kemudian dipelihara hingga dewasa kemudian dijual.
Namun karena beberapa faktor, tidak semua telur dari burung perkutut tersebut bisa menetas. Untuk meningkatkan keberhasilan usahanya, sangat penting bagi seorang peternak burung perkutut untuk mengetahui faktor penyebab telur burung perkutut tidak menetas. Untuk itulah kali ini saya akan membahas beberapa penyebab telur burung perkutut tidak menetas.
Telur Burung Perkutut Tidak Menetas
1. Usia Induk Perkutut
Yang di maksud disini adalah usia dari kedua induknya, baik induk jantan maupun induk betina. Di dalam dunia peternakan, termasuk perburungan, dikenal istilah dewasa betina dan dewasa jantan.
Dewasa betina dapat diartikan sebagai umur di mana burung mencapai kematangan kelamin. Saat itulah burung betina sudah bisa menghasilkan sel-sel telur di dalam ovarium yang akan membesar dan bercangkang di uterus, sampai akhirnya keluar menjadi telur.
Sedangkan burung perkutut jantan dikatakan mencapai dewasa jantan ketika ia sudah bisa menghasilkan spermatozoa (sel-sel sperma), yang akan disemprotkan ke sel-sel telur saat mengawini betina. Jika di ibaratkan pada manusia, dikatakan dewasa adalah masa akil baliq. Remaja putri mencapai akil baliq jika sudah mendapatkan haid, sedangkan remaja putra sudah mengalami mimpi basah.
Secara biologis, perkutut betina dan jantan sudah bisa kawin dan menghasilkan anak sejak keduanya mencapai sudah dewasa. Persoalannya, sebagaimana pada manusia, kualitas anakan perkut akan menjadi kurang baik jika kedua orangtuanya di kawin terlalu muda. Oleh karena itu, meskipun hanya burung perkutut perlu juga pengaturan kapan saat yang tepat untuk di kawinkan agar telur bisa menetas dengan baik, dan menghasilan anakan perkutut yang berkualitas. Burung perkutut di kategorikan dewasa ketika susah memasuki umur 6 bulan, tetapi idealnya dikawinkan jika umurnya sudah satu tahun atau lebih.
Telur Burung Perkutut Tidak Menetas dan Solusinya
Jika dikawinkan terlalu muda, potensi kegagalan penetasan telur menjadi besar, terutama karena telur yang dihasilkan dari organ reproduksi belum matang secara sempurna. Di masa peralihan dari remaja ke dewasa, perkutut jantan maupun betina juga terlihat lebih agresif, yang bisa membahayakan keamanan dan keselamatan telur-telur yang dieraminya, bahkan terkadang telur dicocor atau di makan sendiri oleh induknya.
2. Faktor Penyakit
Penyebab berikutnya adalah penyakit. Jika induk jantan atau induk betina, atau bisa jadi malah keduanya, mengindap penyakit yang tidak terdeteksi dengan baik. Dalam beberapa kasus, perkutut yang mengalami berak kapur secara fisik terlihat sehat. Jika kita jeli, burung ini pasti menghasilkan kotoran berwarna putih. Ketika induk sakit mengerami telurnya, bakteri penyakit berak kapur bisa menyerang telur sehingga embrio terinfeksi dan mati di dalam telur.
3. Sarang Burung Perkutut
Pemasangan sarang burung perkutut juga merupakan penentu kegagalan penetesan telur burung perkutut. Bentuk sarang yang terlalu cekung (dalam), sehingga pengeraman telur menjadi tidak sempurna. Usahakan bahan sarang disusun agak mendatar, terutama di bagian tengah. Sarang yang terlalu lembab (misalnya basah) juga harus segera diganti.
Sarang burung yang di pasang terlalu dekat dengan tembok, atau terlalu dekat dengan atap (apalagi jika atap kandang material seng atau sejenisnya) mempunyai peranan penting dalam masa pengeraman, karena jika suhu terlalu panas di area sarang, bisa menyebabkan telur burung perkutut tersebut rusak.
Pemasangan dan perapihan sarang burung perkutut di dalam kandang sebaiknya di lakukan di awal pada saat burung akan di kawinkan di kandang tersebut dan di pasangkan tempat yang aman, tidak terlau dekat dengan tembok dan atap dan juga jauh dari jangkauan sehingga kedua induk burung perkutut tersebut tenang.
4. Temperatur Udara
Ini masih ada kaitannya dengan poin No. 3 diatas, selain karena pemasangan sarang burung yang salah sehingga sarang burung menjadi terlalu panas atau terlalu dingin, temparatur udara juga mempunyai peranan, perkutut merupakan burung endemik yang banyak dijumpai mulai di Asia Tengah, Indo China, sampai Asia Tenggara. Ketiga kawasan ini beriklim tropik, dan hanya mengenal dua musim yaitu Musim hujan dan musin kemarau.
Pada musim hujan, temperatur udara lebih dingin daripada musim kemarau. Berdasarkan pengalaman para peternak lain, pada musim hujan, telur lebih sulit menetas daripada di musim kemarau. Fakta ini juga terjadi pada derkuku, burung yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan perkutut.
5. Mempunyai Hubungan Sedarah yang Terlalu Dekat
Dalam teori genetika, perkawinan antara dua individu yang masih sedarah sangat tak dianjurkan, karena keduanya memiliki hubungan sedarah. Dampak yang bisa terjadi antara lain embrio atau calon anak yang ada di dalam telur cenderung lemah, bahkan sering mati terlebih dulu sebelum telur menetas.
Hanya saja, persoalan ini kerap menjadi perdebatan di kalangan penangkar perkutut. Pasalnya, beberapa penangkar justru menganggap perkawinan sedarah bisa menghasilkan anakan berkualitas. Beberapa penangkar perkutut di Thailand pun sudah mempraktikkan hal ini.
6. Faktor Interfil
Yang dimaksud telur infertil adalah telur yang keluar dari kloaka induk betina, tetapi tidak dibuahi oleh sel sperma induk jantan. Misalnya induk jantan mengawini induk betina pukul 08.00, dan ini merupakan perkawinan pertama pasangan tersebut. Satu jam kemudian, induk betina bertelur. Telur yang dihasilkan ini jelas tidak dibuahi sel sperma, karena sel telur sudah terbentuk 24-25 jam sebelumnya. Perlu diketahui, perkutut betina yang tidak dikawini pejantan pun tetap bisa bertelur, sepanjang pakan yang dikonsumsinya bergizi.
Untuk menghindari hal ini, sebaiknya kita perlu mengontrol kondisi telur saat pengeraman memasuki hari kelima hingga ketujuh. Caranya, saat induk mencari makan, ambil telur-telur yang sudah dierami dan periksa dengan bantuan kotak peneropongan telur (box candling) atau bisa juga menggunakan senter. Amati bagian dalam dari telur. Jika terlihat ada noktah berwarna merah, atau agak kehitaman, berarti di dalam telur terdapat embrio. Jika di dalam telur terlihat bening, berarti tidak ada embrio di dalamnya alias telur infertil.
Jika mendapatkan telur terlihat bening, ringan dan tidak terlihat embrio di dalamnya, sebaiknya langsung dibuang agar waktu tidak terbuang sia-sia. Segera mandikan induk, lalu diberi suplemen perangsang birahi agar ia mau kawin lagi. Dengan cara demikian, burung bisa bertelur lagi dalam waktu 1-2 minggu.
Apabila masa pengeraman sudah berlangsung 15 hari atau lebih, dan telur tidak juga menetas, bisa dipastikan pengeraman gagal. Itu berarti ada waktu yang terbuang sia-sia, karena menunggu tanpa hasil.
Itulah beberapa penyebab telur burung perkutut tidak menetas dan juga solusinya.
Dimana hal ini sering saya alami ketika di awal-awal memulai hobi penangkaran burung perkutut, Alhamdulillah dengan cara-cara di atas saat ini sudah jarang sekali terjadi telur tidak menetas. Selamat mencoba dan semoga bisa bermanfaat.
Reff : http://www.perkututnusantara.com/2016/05/penyebab-telur-burung-perkutut-tidak.html
makasih infonya gan
BalasHapussama - sama gan
Hapus